Tulisan ini tidak berasal dari seorang ahli transportasi atau perlalulintasan. Tulisan hanya berusaha memberikan sudut pandang berbeda atas kondisi/permasalahan yang sering kita hadapi dan apa yang mungkin ada dibalik itu. Dengan catatn, tentu kita berharap pemerintah SEGERA menyelesaikan permasalahan ini !
Hari - hari belakangan ini, paling tidak yang saya rasakan dan juga mungkin sebagian besar masyarakat di Sumatera Barat (atau mungkin di seantero Indonesia) adalah MACET. Kemacetan lalulintas yang bukan disebabkan oleh lewatnya si-Komo (lagu yang dipopulerkan oleh Kak Seto-sekarang Praktisi Perlindungan Anak), tetapi disebabkan oleh "kelangkaan" Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Barisan truk, besar, menengah, sampai ukuran jumbo, dan juga aneka jenis kendaraan yang mengkonsumsi solar (khususnya) mengular pada saat di sebuah SPBU mulai "masuk" solar yang dibawa oleh truk tanki milik SPBU tersebut.
Sebenarnya, antrian yang terjadi, MEMANG menimbulkan kemacetan. Apalagi jika mobil/truk yang "ngantri" tersebut "memakan" jalur yang ada. Tetapi kita yakin, perlahan, barisan tersebut akan menjadi "rapi" sehingga dengan sistem yang mungkin dinamakan "buka-tutup" , maka laju kendaraan dari dan ke sebuah tempat, Insya Allah akan tetap mengalir. Meskipun memang akan lebih lama.
TETAPI, akar masalah yang menjadikan antrian kendaraan untuk mengisi BBM berubah menjadi MOMOK menakutkan (karena kemacetan iti kemudian memakan waktu berjam-jam , bahkan kendaraan-kendaraan tidak bisa bergerak sama sekali) adalah perilaku pengemudi yang TIDAK MAU ANTRI.
Perilaku mau memang sendiri, perilaku sok hebat, yang akhirnya membuat orang lain dan tentu saja dirinya, terkurung dalam kemacetan yang MEMBOSANKAN, MELELAHKAN, MENGHABISKAN ENERGI, TIDAK PRODUKTIF, dan lainnya (yang saya yakin, para pembaca akan dapat menambahkan dengan kata/kalimat yang lebih banyak).
Itulah yang kita saksikan, itulah yang kita rasakan.
Hal yang mungkin bagi si-pengemudi yang SOK HEBAT tersebut sadari juga. Tetapi karena KESOMBONGAN dan KEANGKUHANnya membuat ia tidak peduli.
Bayangkan, karena para pengemudi tersebut mengambil jalur kendaraan dari arah berlawanan, maka saat dari depan, kendaraan lain arah tersebut datang (apalagi truk) , maka tentu ia akan mencoba ke kiri, TETAPI karena yang disebelah kiri juga "ingin" memberikan pelajaran atau karena memang sama sekali tidak ada ruang, maka akhirnya , terjadila kemacetan. Kalau ada "space" yang bisa diambil di bagian bahu jalan, mungkin akan ada meloloskan kendaraan tersebut.
Jika tidak ? Apalagi dibelakangnya juga mengikuti para pengemudi SOK HEBAT lain atau para pengemudi yang berwatak SPEKULAN, maka KEMACETAN akan terjadi. Pasti terjadi !
Ketika kemacetan telah terjadi, maka hal-hal yang sudah jelas terjadi :
1. Waktu produktif seseorang (dan jika menimpa ratusan/ribuan orang) akan hilang. Roda perekonomian juga akan tersendat !
2. Konsumsi bahan bakar/energi juga akan terkuras !
3. Stress dan penyakit yang diakibatkan oleh asap kendaraan akan menyerang. Meskipun dampaknya tidak langsung terasa.
4. Perkataan kotor, umpatan, dan lainnya akan mungkin muncul !
5. dan berbagai hal negatif lainnya..
Meskipun kemudian ada yang memperoleh "blessing in disguise" atau keuntungan dengan berjualan dan sejenisnya, atau ada yang memang mampu MEMANFAATKAN kondisi tersebut untuk menyambung tali silaturrahim (dengan nelpon/ngobrol/berkenalan) , belajar,atau mengulang-ulang hafalan, dan kegiatan positif lainnya.
Tetapi kesepakatan kita, mungkin pada kesimpulan; Macet adalah sesuatu yang merugikan.
Lalu, apakah kita menyadari , terutama para AKTOR penyebab kemacetan menyadari, bahwa ketika kemacetan terjadi, mungkin nyawa seseorang akan melayang (karena ambulance yang akan membawanya kerumah sakit terpaksa ikut macet) ?
Kita HARUS berpikir sampai kesana, walaupun mungkin dari pembaca ada yang mengatakan "ajal kan sudah ditentukan, tidak dapat dimundurkan sedetik atau dilanbatkan sedetik!"
Keyakinan seperti itu memang betul, tetapi ikhtiar tentu saja tidak jadi maksimal
Apalagi ketika keluarga mengetahui, bahwa nyawa orang yang dikasihi meski melayang oleh MACET !
Na'udzubillahiminzalik !
Mari kita renungi dan berusaha untuk tidak menjadi penyebab kemacetan !
Wallahu'alam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar