Dalam budaya Minangkabau (atau mungkin juga budaya lain), ada beberapa filosofi yang memakai angka 3 (tigo dalam bhs. Minang). Yaitu ;
Tungku tigo sajarangan , dan tigo sapilin .Secara umum , makna dari kedua filosofi diatas adalah, bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat , maka peranan dan sinergi 3 pihak -- alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak , menjadi faktor utama.
Kita tidak bercerita dalam konteks adat, tapi saya ingin mencoba menganalogikan filosofi 3 tersebut pada sisi yang lain.
Pembaca mungkin pernah mendengar ada ungkapan : MIND , BODY , and SOUL , atau dalam ranah pendidikan ada istilah 3 ranah ; KOGNITIF, AFEKTIF, dan PSIKOMOTORIK , atau antara NIAT, ILMU, AMAL , dan konsep-konsep lainnya yang merujuk kepada 3 (tiga) hal yang mesti sejalan seiring (sinergi).
Ketika pikiran (mind) telah diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan, hati/perasaan (soul) telah penuh keikhlasan dan niat baik, maka dibutuhkan kekuatan tubuh/fisik (body) untuk mengaktualisasikan hal-hal yang menjadi pemikiran dan keyakinan tersebut.
Ketika ranah pemikiran (kognitif) telah diisi , maka ranah perasaan/hati (afektif) juga mesti dikuatkan, serta ranah ketrampilan (psikomotorik) diasah dan dilatih, agar kualitas anak didik betul-betul mumpuni.
Ketika kita telah memiliki NIAT untuk berbuat baik, maka kita mesti memiliki ILMU untuk itu, dan betul-betul melakukan AMAL atas apa yang telah diketahui tersebut.
Sederhananya, saya ingin mengingatkan kita untuk MEMBERI PERHATIAN ke seluruh aspek yang mendukung keberhasilan/kesuksesan. Jangan abai terhadap kebutuhan salah satu aspek, karena akan melemahkan dan menurunkan hasil/kualitas capaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar