Filosofi "alam takambang jadi guru" mungkin telah menjadi kalimat yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian kita. Terutama bagi mereka yang merupakan masyarakat Minangkabau, atau setidaknya pernah tinggal di alam Minangkabau.Bukan itu saja, bagi mereka yang hobi membaca atau menyerap informasi, maka kalimat tersebut juga bukan barang baru. Bahkan pada sebuah perguruan tinggi negeri, kalimat tersebut dijadikan sebagai motto/semboyan.
Menjadikan alam sebagai guru saya yakin bukan saja milik sebuah suku bangsa atau kelompok masyarakat. Alam yang terbentang luas, yang merupakan ayat-ayat kauniyah, juga diyakini oleh sebagaian anggota masyarakat lainnya. Sehingga konsep SEKOLAH ALAM, menurut saya, merupakan salah satu perwujudan aplikasi menjadikan alam sebagai guru. Alam takambang jadi guru.
Pada tataran filosofis atau konsep, mungkin tidak perlu lagi diperdebatkan. Pertanyaan selanjutnya, apakah pada tataran teknis atau penerapannya juga sudah berjalan ? Jika ada sekolah alam, apakah memang sudah layak jika kemudian kita mengatakan bahwa kita telah menjadikan alam sebagai guru ? Sebagai pendidik ?
Pembaca yang berbahagia..
Saya tidak membahas tentang sekolah alam, karena ilmu saya mungkin belum cukup ! Tetapi saya akan mencoba sharing tentang bagaimana sebaiknya merealisasikan filosofi ALAM TAKAMBANG JADI GURU tersebut.
Alam yang terbentang luas (takambang, bahasa Minang) merupakan sebuah anugerah bagi umat manusia dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Nikmat yang harus kita syukuri setiap saat, karena kita telah merasakan kemanfaatan dari alam. Alam semesta merupakan ayat-ayat Tuhan (ayat kauniyah) - -selain ayat yang ada dalam kitab suci (ayat kauliyah)--yang mestinya DAPAT DIBACA dan DAPAT DIPELAJARI meskipun tidak ada aksaranya.
Menjadikan alam sebagai guru menghendaki usaha pro-aktif dari manusia. Pendekatannya adalah student-centered learning (SCL). Sebuah pendekatan yang saat ini juga "dicoba" dijalankan di sistem pendidikan kita.Belajar dari apa yang ada di alam, menghendaki kearifan. Rendah hati dan menjauhi sifat sombong serta sifat tamak.
Alam memiliki banyak asisten. Binatang, tumbuhan, kejadian/fenomena , atau lainnya merupakan pembantu/asisten bagi kita (manusia) untuk belajar. Alam adalah guru yang ready 24 jam setiap hari. Sehingga sebagai "murid" kita akan dapat mengakses setia saat dan dimana pun. Tetapi ingat, alam adalah guru yang sensitif, sehingga kita mesti menjaganya.
Belajar dari alam adalah belajar dari kehidupan. Belajar dari alam HARUS kita lakukan. Belajar dari alam adalah kebutuhan kita. Belajar dari alam akan kita lakukan sepanjang hayat kita. Meskipun kita tidak akan memperoleh IJAZAH. Karena kita tidak akan mampu menamatkannya !
Pembaca yang berbahagia..
Mungkin apa yang saya tulis terkesan sangat abstrak. Mungkin.
Tetatapi saya yakin kita mampu melakukannya dan menjadikan alam yang terbentang sebagai guru. Bukan menjadikan alam sebagai objek atas ketamakan dan kesombongan kita.
Harmoni/keselarasan menjadikan alam sebagai guru sekaligus sebagai tempat untuk menjalani kehidupan adalah representasi kearifan kita sebagai khalifah di muka bumi.
Mari menjadikan alam takambang sebagai guru !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar