Tak bermaksud "aneh-aneh" dengan profesi pahlawan tanpa tanda jasa dan juga sedang tidak bermain-main dengan "bangkai". Judul postingan ini saya harapkan tidak dianggap nyeleneh, dan setelah membaca sampai selesai, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kita semua.
Terdapat paling tidak 2 (dua) cara membaca judul tersebut yang akhirnya memberikan makna berbeda :
1. Gurunya [sedikit jeda] Kandidat Mayat -- memberikan arti bahwa sang guru mengajar kepada mereka-mereka yang bakal mati.
2. Gurunya [sedikit lebih lama jedanya] -- memberikan arti bahwa sang guru/pengajar merupakan calon mati.
"Setiap yang bernyawa pasti akan mati" , demikian bunyi ayat dalam Al Qur'an.
Dalam konteks judul diatas, baik sang guru atau sang murid, bagaimana pun akan menghadapi kematian.
Entah kapan, yang jelas PASTI !
Dengan memahami dan meyakininya [ bahwa semua manusia pasti menemui ajal] , maka hubungan guru dan murid [dimana pun, kapanpun, di level mana pun dan pada skala apa pun] akan dapat lebih diarahkan ke pengertian berikut :
1. Lantaran sang guru merupakan seseorang yang PASTI menemui kematian, maka sang guru seyogyanya menjadikan momen memberikan ilmu kepada anak didiknya sebagai ILMU YANG BERMANFAAT, agar saat nanti sudah menjadi mayat , ilmu yang diajar dapat menjadi amal yang tidak terputus pahalanya.
2. Lantaran sang guru dapat sewaktu-waktu meninggal dunia, maka para murid HENDAKNYA menjadikan momen-momen dengan sang guru menjadi momen-momen yang akan dikenang selalu. Artinya hubungan yang terjalin hendaknya BETUL-BETUL penuh kasih sayang, sopan-santun, dan kebaikan.
Bukankah tidak seorang pun yang menginginkan jika saat "terakhirnya" dengan seseorang dihabiskan dalam suasana "tidak baik"?
3. Lantaran sang murid juga merupakan orang yang PASTI menemui kematian, maka sang murid seyogyanya dalam menuntut ilmu BETUL-BETUL meniatkannya sebagai ibadah. Belajar ilmu bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akhirat. Tidak akan terjadi pembelajaran yang asal-asalan, jika sang murid [dan juga sang guru] memahami kalau momen-momen mereka bisa jadi yang terakhir.
4. Lantaran sang murid bakal meninggal, maka sang guru akan memberikan ilmu dengan penuh kasih sayang, penuh kebaikan.Bukankah tidak seorang pun yang menginginkan jika saat "terakhirnya" dengan seseorang dihabiskan dalam suasana "tidak baik"?
Pembaca yang berbahagia..
Tentunya pemikiran bahwa dalam proses belajar mengajar , sang guru dan sang murid, nantinya akan berwajah murung karena mikirin mati [bakal jadi mayat] , atau pemikiran, "buat apa belajar capek-capek, kalau nanti juga mati", harus dihilangkan.
Lantaran kematian adalah rahasia Allah SWT, sebagai manusia kita HANYA harus berbuat sebaik-baiknya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar