Jumat, 29 Maret 2013

Kewirausahaan Untuk Semua


Suasana sebelum acara berlangsung, 28/3/2013

Disclaimer : Tulisan ini tidak bertendensi untuk kepentingan salah satu partai/golongan. Sharing ini adalah semata untuk kepentingan ilmu pengetahuan/akademis. Insya Allah

 Fakultas Ekonomi Uneversitas Negeri Padang dengan dukungan penuh pihak universitas dan kerjasama dengan berbagai pihak, pada Kamis 28/3/2013, berhasil mengangkatkan Kuliah Umum Kewirausahaan. Kuliah ini terasa spesial, karena mendatangan Ir. H. Aburizal Bakrie, pengusaha sukses dari Bakrie Groups. Ucapan selamat dan salut perlu disampaikan kepada seluruih panitia (mahasiswa, staf, dan dosen) yang telah bekerja keras sebelum, selama, dan pasca perhelatan kuliah umum tersebut.

Tentu saja, ucapan terimakasih juga disampaikan kepada pemateri, Bapak Ir. H. Aburizal Bakrie, dan team beliau, yang juga mensukseskan acara yang berlangsung meriah, bersemangat, santai, namun juga tidak menghilangkan kekhidmatannya.

Posting saya ini tentu saja tidak akan mampu menyampaikan keseluruhan jalannya acara atau pun materi yang disampaikan, tetapi hanya mencoba membagi 3 (tiga) hal yang disampaikan :

1. Apa pun yang anda cita citakan, menjadi siapa pun nanti, maka harus menjalaninya dengan penuh keikhlasan, ketekunan, keyakinan, dan semangat untuk mewujudkannya.

2. Berwirausaha adalah sebuah cita cita luhur, yang tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang banyak, dan untuk kemaslahatan bangsa. Group Bakrie adalah kelompok usaha yang memulai dari nol, yang dengan penuh keyakinan dan semangat untuk tidak menyerah, akhirnya dari hanya mempekerjakan puluhan orang, sampai saat ini telah menjadi tempat bekerja lk. 70.000 orang, yang secara ekonomi tentu sangat berkontribusi bagi sebuah bangsa.

3. Wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mampu bangkit setelah mengalami kegagalan. Tidak ada gagal dalam kamus seorang enterpreneur, yang ada adalah sebuah pembelajaran (learning). Berwirausaha adalah milik semua orang. Memulai dari mahasiswa adalah sebuah langkah yang sangat tepat.

Daripada menyesali gelapnya malam dan keadaan yang kelam
Lebih baik menyelakan sebuah pelita, untuk tetap terus belajar !
(Aburizal Bakrie)

Rabu, 27 Maret 2013

Win or Loss = Learning

[Tulisan ini mengambil inspirasi dari perbincangan dengan beberapa teman sebelumnya]

Selama ini yang ada dalam kosa kata kita saat adanya sebuah pertandingan/kejuaraan, hasil akhir yang dicapai adalah Win (menag) atau Loss (kalah). Mungkin jika ada hasil imbang (draw) , maka kita mengambil kesimpulan bahwa keadaan sama kuat atau seri.
Kesimpulan yang tidak salah, bahkan sampai saat ini, karena memang demikian adanya dan juga karena literatur-literatur juga memberikan informasi dan pengetahuan seperti itu.

Tulisan ini hanya mencoba memberikan sebuah cakrawala pemikiran lain, bahwa hasil yang ada dalam sebuah pertandingan, pada hakekatnya adalah LEARNING (pembelajaran). Apakah kita ada posisi pemenang, yang menderita kekalahan, atau saat itu sama kuat.
Ketiga alternatif yang mungkin terjadi, seyogyanya memberikan hasil yang namanya learning (pembelajaran).

Disaat suatu pihak berada pada posisi pemenang, namun lupa mengambil pelajaran, maka sebenarnya dia kalah !
Disaat suatu pihak berada pada posisi kalah, namun tidak lupa mengambil pelajaran, maka sebenarnya dia menang !
Begitu juga, ketika hasil sama kuat terjadi, siapa yang mampu mengambil pelajaran, maka dialah pemenang sejati !

Statement yang saya sampaikan tentu bisa mengundang perdebatan, karena para pembaca semua tentu juga memiliki alur pikiran sendiri. Itu boleh boleh saja, sebagaimana tulisan ini kemudian menggiring pembaca semua ke pemikiran yang saya sampaikan.

Hal tersebut karena pada hakekatnya , segala sesuatu itu dipergilirkan ! Hari ini kalah, besok belum tentu/ Hari ini menang, besok belum tentu.

Sang pemenang sejati adalah yang mampu menjadikan moment-moment yang dialaminya sebagai sebuah proses belajar. Pembelajaran untuk menjadi yang terbaik ! Belajar untuk bersabar, belajar untuk bersyukur, belajar menghargai yang berbeda posisi, belajar untuk tidak arogan, belajar untuk selalu mengambil hikmah atas apa yang terjadi.

Salam,

Minggu, 24 Maret 2013

Think Like This King

 [repost dari tulisan saya pada kamis 6/9/12]

Dikisahkan terdapatlah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang tidak dikarunia pewaris tahta (putra mahkota). Dengan kondisi yang semakin menua, maka sang raja setelah mendiskusikannya dengan sang permaisuri serta orang-orang terdekatnya, memutuskan untuk mengadakan sayembara untuk memperoleh sang pewaris tahta,

Seantero kerajaan kemudian mengetahui akan sayembara tersebut. Dari berbagai penjuru kerajaan, berbondong-bondonglah para pemuda dan pria paruh baya  mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi pemilihan calon pewaris tahta kerajaan.Setelah satu pekan menerima pendaftaraan, akhirnya terkumpullah ratusan pelamar dengan berbagai latar belakang.

Proses seleksi pun dilakukan. Mulai dari persyaratan umur, kebugaran, keahlian diplomasi, sampai keahlian bertempur pun menjadi kriteria yang harus dipenuhi oleh mereka yang ingin menjadi "raja" tersebut. Sehingga setelah berbagai proses yang melelahkan itu dilakukan, raja dan team penyeleksi, memperoleh 3 (tiga) kandidat terakhir yang lulus seluruh kriteria yang ditentukan.Ketiganya berusia muda, berbadan sehat tegap, jago diplomasi dan sama-sama menunjukkan kemampuan berperang yang mumpuni.

Untuk menentukan siapa diantara ketiga calon tersebut yang akan menjadi penggantinya, sang raja pun memberikan pengujian terakhir.
"Pada ujian terakhir ini, kalian akan melakukan dua hal" kata raja dihadapan khalayak kerajaan. "Pertama, kalian akan diberi benih tanaman dan dalam waktu satu pekan, siapa yang benihnya paling subur tumbuhnya, dia yang akan dinyatakan pemenang" sang raja kemudian memerintahkan seorang panglimanya membawa sekantung benih (biji-bijian) yang kemudian meminta ketiga kandidat mengambil sendiri benih yang ada. Ketiga kandidat (kita sebut dengan kandidat A, kandidat B, dan kandidat C) kemudian masing-masing mengambil beberapa biji benih.

"Kedua, kalian akan diberi seekor ayam, yang harus kalian sembelih. Tetapi kalian harus menyembelihnya di tempat yang betul betul sepi dan hanya diri kalian sendiri yang ada di situ. Carilah tempat tersebut, dan dalam waktu sepekan kedepan, bersamaan dengan kalian membawa benih yang kalian tanam, kembalilah ke kerajaan. Biar saya dan orang-orang menyaksikan siapa yang layak jadi raja"

"Siap paduka !" ketiga kandidat kemudian membawa seekor ayam dan benih yang telah dikantongi dengan diiringi gemuruh orang-orang yang berkumpul di alun-alun kerajaan.

Sepekan kemudian..

Di alun-alun kerajaan telah berkumpul banyak orang. Raja, permaisuri, para patih dan hulubalang, serta prajurit kerajaan menunggu kedatangan para kandidat. Tidak lama kemudian dari arah pintu gerbang masuklah ketiga kandidat diiringi tepuk tangan khalayak banyak.

Kandidat A membawa sebuah pot yang didalamnya terlihat sebuah tanaman yang baru mulai membesar. Dia juga membawa seekor ayam yang telah mati tersembelih.
Kandidat B membawa pot yang tidak terlihat tanamannya, dan seekor ayam yang telah disembelih.
Kandidat C membawa pot yang juga masih tidak ada tanamannya, dan seekor ayam yang masih hidup !

Orang-orang ada yang tertawa melihat mereka. Ada yang bertepuk tangan. Ada yang geleng-geleng kepala. Ada yang terlihat bingung. Berbagai ekspresi pun muncul. Demikian juga para petinggi kerajaan, mereka penasaran apa yang akan terjadi. Tetapi melihat ketiga kandidat, banyak yang yakin pemenangnya adalah kandidat A.

Sang raja kemudian berdiri dan semua yang berkumpul pun kemudian diam. Suasana senyap dan khidmat terasa sekali.

"Rakyatku, hari ini kita telah menyaksikan akhir dari sayembara yang diadakan untuk mencari penerusku. Aku ingin penerusku nanti atau raja kalian adalah orang yang terbaik diantara yang baik. Yang betul-betul teruji kemampuannya. Setelah berbagai proses dilewati, Aku akan umumkan siapa yang akan jadi penggantiku" raja sembari berjalan mendekati para kandidat.

Perasaan ketiga kandidat berbeda-beda. Kandidat A merasa yakin menang setelah melihat pesaingnya sepertinya gagal. Kandidat B masih merasa punya harapan, sementara kandidat C dengan tenang menunggu yang akan terjadi.

 Raja kemudian berkata,
 " Kandidat A, kamu betul-betul tidak tahu malu. Beraninya kamu membohongi Aku dan rakyatku. Kamu pun ternyata tidak memiliki kearifan" . Semua orang kaget. Kandidat A tertunduk.

"Kandidat B, kamu memang masih memiliki kejujuran, namun masih kurang arif"

"Kandidat C, kamu lah yang akan menggantikanku!"

Semua orang penasaran dan suara bak kerumunan lebah terdengar yang kemudian senyap begitu raja berkata lagi:
"Rakyatku kalian tentu penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Perlu Aku beritahu bahwa benih/biji-bijian yang harus mereka tanam itu telah direbus terlebih dahulu. Sehingga mematikan benih tersebut. Tidak ada kemungkinan tumbuh ! Kalau kandidat A bisa menumbuhkannya, dia pasti menukar benih itu dengan yang lain.
Sedangkan mengenai kenapa kandidat C tidak menyembelih ayamnya, mari kita dengar bersama".

"Ma'af paduka" kata kandidat C , "saya tidak bisa melaksanakan perintah menyembelih ayamnya, karena saya sudah berusaha mencari tempat yang sepi. Sepekan saya mencari tempat seperti itu, gunung telah saya daki, lembah saya turuni, ke gua, hutan, dan lainnya tetap saya tidak sendiri. Mungkin sepi, gelap, tetapi saya yakin Tuhan pasti melihat! Jadi kalau paduka mengatakan bahwa saya harus menyembelih dimana harus yakin hanya ada saya disitu, saya tidak bisa karena selalu ada yang melihat, Tuhan!"

Bergemuruh tepuk tangan dan semuanya merasa kandidat C memang pantas menang dan menjadi raja mereka.

Pembaca yang berbahagia..
Cerita diatas hanya lah sebuah metafora mengenai bagaimana kita seharusnya bersikap. KEJUJURAN dan KEYAKINAN akan kehadiran Tuhan di setiap saat merupakan prinsip dan konsep yang harus kita miliki.
Betapa banyak raja (atau calon-calon raja) tidak memiliki kedua hal tersebut. Mereka hanya berpikir sempit, picik, dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu.

Mari kita berpikir seperti raja yang terpilih diatas. Berpikir bahwa sesuatu haru diperjuangkan dengan KEJUJURAN dan kearifan akan keberadaan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa.

Insya Allah, kita akan menjadi pemenang...

Kamis, 21 Maret 2013

Bahan Untuk Mahasiswa

Pada bagian download link telah saya upload bahan kuliah untuk mahasiswa FE UNP. Silahkan diunduh dan dipelajari. Jika ada hal yang kurang jelas silahkan di komentari/kirim emaiil.

Terimakasih.

Sabtu, 16 Maret 2013

Alam Takambang Jadi Guru

Filosofi "alam takambang jadi guru" mungkin telah menjadi kalimat yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian kita. Terutama bagi mereka yang merupakan masyarakat Minangkabau, atau setidaknya pernah tinggal di alam Minangkabau.Bukan itu saja, bagi mereka yang hobi membaca atau menyerap informasi, maka kalimat tersebut juga bukan barang baru. Bahkan pada sebuah perguruan tinggi negeri, kalimat tersebut dijadikan sebagai motto/semboyan.

Menjadikan alam sebagai guru saya yakin bukan saja milik sebuah suku bangsa atau kelompok masyarakat. Alam yang terbentang luas, yang merupakan ayat-ayat kauniyah, juga diyakini oleh sebagaian anggota masyarakat lainnya. Sehingga konsep SEKOLAH ALAM, menurut saya, merupakan salah satu perwujudan aplikasi menjadikan alam sebagai guru. Alam takambang jadi guru.

Pada tataran filosofis atau konsep, mungkin tidak perlu lagi diperdebatkan. Pertanyaan selanjutnya, apakah pada tataran teknis atau penerapannya juga sudah berjalan ? Jika ada sekolah alam, apakah memang sudah layak jika kemudian kita mengatakan bahwa kita telah menjadikan alam sebagai guru ? Sebagai pendidik ?

Pembaca yang berbahagia..
Saya tidak membahas tentang sekolah alam, karena ilmu saya mungkin belum cukup ! Tetapi saya akan mencoba sharing tentang bagaimana sebaiknya merealisasikan filosofi ALAM TAKAMBANG JADI GURU tersebut.

Alam yang terbentang luas (takambang, bahasa Minang) merupakan sebuah anugerah bagi umat manusia dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Nikmat yang harus kita syukuri setiap saat, karena kita telah merasakan kemanfaatan dari alam. Alam semesta merupakan ayat-ayat Tuhan (ayat kauniyah) - -selain ayat yang ada dalam kitab suci (ayat kauliyah)--yang mestinya DAPAT DIBACA dan DAPAT DIPELAJARI meskipun tidak ada aksaranya.

Menjadikan alam sebagai guru menghendaki usaha pro-aktif dari manusia. Pendekatannya adalah student-centered learning (SCL). Sebuah pendekatan yang saat ini juga "dicoba" dijalankan di sistem pendidikan kita.Belajar dari apa yang ada di alam, menghendaki kearifan. Rendah hati dan menjauhi sifat sombong serta sifat tamak. 

Alam memiliki banyak asisten. Binatang, tumbuhan, kejadian/fenomena , atau lainnya merupakan pembantu/asisten bagi kita (manusia) untuk belajar. Alam adalah guru yang ready 24 jam setiap hari. Sehingga sebagai "murid" kita akan dapat mengakses setia saat dan dimana pun. Tetapi ingat, alam adalah guru yang sensitif, sehingga kita mesti menjaganya.

Belajar dari alam adalah belajar dari kehidupan. Belajar dari alam HARUS kita lakukan. Belajar dari alam adalah kebutuhan kita. Belajar dari alam akan kita lakukan sepanjang hayat kita. Meskipun kita tidak akan memperoleh IJAZAH. Karena kita tidak akan mampu menamatkannya !

Pembaca yang berbahagia..

Mungkin apa yang saya tulis terkesan sangat abstrak. Mungkin.
Tetatapi saya yakin kita mampu melakukannya dan menjadikan alam yang terbentang sebagai guru. Bukan menjadikan alam sebagai objek atas ketamakan dan kesombongan kita.


Harmoni/keselarasan menjadikan alam sebagai guru sekaligus sebagai tempat untuk menjalani kehidupan adalah representasi kearifan kita sebagai khalifah di muka bumi.

Mari menjadikan alam takambang sebagai guru !

Selasa, 12 Maret 2013

Risiko dalam Falsafah Minangkabau

Membahas persoalan risiko (risk) dalam falsafah adat Minangkabau, adalah hal yang sangat relevan. Terlebih alam Minangkabau (yang secara geografis adalah Sumatera Barat) , paling tidak untuk saat ini, merupakan wilayah yang PALING berisiko terhadap peril gempa bumi/earthquake dan tsunami.

Tetapi bukan itu saja yang menjadi alasan bagi saya memposting tulisan ini, kekayaan falsafah adatnyalah -- yang dapat kita telusuri (diantaranya) melalui petatah/petitih yang dapat juga berupa pantun , permainan rakyat, atau wujud fisik bangunan-- yang  membuat saya merasa perlu share kepada pembaca sekalian.

1. Budaya Minangkabau dikenal dengan petatah/petitih adatnya yang bukan saja unik namun memiliki kata kias dan makna yang dalam. Menyebut diantara petatah/petitih tersebut yang menunjukkan bahwa Minangkabau aware dengan risiko , adalah : INGEK INGEK NAN DIATEH , DIBAWAH KOK NAN MAIMPOK (artinya : Ingat Ingat Yang Diatas, Dari Bawah Mungkin Akan Menimpa). Secara harfiah, kita akan memaknai kalimat diatas sebagai kalimat yang tidak konsisten, "masa' ada dari bawah yang akan menimpa?!". Tetapi itulah kayanya Minangkabau, dengan mendengar kalimat diatas, maka makna yang harusnya dipahami adalah ; (a) Kita mesti waspada akan segala sesuatu, baik yang datangnya dari atas maupun dari bawah (termasuk dari sebelah kiri atau kanan) , (b) Ketika kita fokus akan risiko dari satu bagian (atas), jangan sampai terlengahkan oleh bagian lain yang mungkin akan menimpa (bawah) , (c) Even/peril (peristiwa yang jika terjadi akan merugikan tersebut)dapat saja berupa susuatu yang TIDAK BIASA. Ketika kita berpikir bahwa bagian atas lah yang menimpa, dan pada bagian bawah , kita akan jatuh/terperosok, maka bisa saja dari bagian bawah itu yang menimpa.

Artinya kita mesti waspada untuk hal yang sangat kecil kemungkinan sekalipun. Jangan terlena !

Filosofi untuk peduli akan risiko lainnya adalah dalam pantun  ; BAKATO BAPIKIA DULU, INGEK INGEK SABALUN KANAI, SAMANTANG AWAK ALAH TAHU, ILMU PADILAH NAN DIPAKAI
[Berkata mestilah dipikirkan terlebih dahulu, ingat/waspada sebelum "kena" , biar pun telah tahu, pakai ilmu padi akan lebih baik]

Para leluhur Minang telah mengingatkan kita untuk tidak asal bicara/komentar, karena sebagaimana kita tahu "mulutmu adalah harimaumu" -- banyak risiko yang akan menimpa seseorang jika tidak mampu mengendalikan perkataannya. Untuk itu setiap ucapan mestilah dipikir terlebih dahulu.

Kewaspadaan mesti dipasang sebelum menyesal. Banyak individu/perusahaan yang gegabah dalam meng-eksekusi sesuatu tanpa melakukan analisa terlebih dahulu.
Kalimat memakai ilmu meski pun telah tahu/pandai, menunjukkan orang Minang untuk tetap membuka diri akan perkembangan/perkembangan terbaru, tanpa harus merasa sombong.

2. Falsafah berikutnya yang kita bahas sebagai representasi bahwa risiko telah dipahami oleh masyarakat Minangkabau adalah melalui permainan rakyat, layang-layang. Di Minangkabau (dan juga daerah lain), bermain layang-layang bukanlah sekedar kesenangan. Tetapi bermain sambil belajar mengendalikan peril "angin" yang dapat mengakibatkan risiko putusnya layang-layang.

Pada bagian mananya falsafah bermain layang-layang di Minangkabau yang mengajarkan "cara pengendalian risiko" ? Ada 3 (tiga) hal yang paling tidak menunjukkan kearifan orang Minang :

a. Saat bermain layang-layang, tetua Minang mengatakan, meskipun angin sedang bersahabat, layang-layang melenggok indah di udara, jangan sampai menghabiskan benang di gulungan benang. Hal ini berarti, jangan terlena, karena risiko dapat datang KAPAN saja !
Saat tiba-tiba angin keras datang, maka kita masih punya benang  yang dapat diulur. Artinya, perlu waspada dan punya cadangan untuk menghadapi KETIDAKPASTIAN (uncertainty)

b.Saat bermain layang-layang, tetua Minang mengatakan, 'jika angin kencang, jangan menarik benang..tetapi ulurlah " . Hal ini berarti saat persoalan yang datang sedemikian kerasnya, negosiasi sedemikian alot, maka DON'T FIGHT FIRE WITH FIRE , jangan di lawan keras dengan keras. Tetapi cobalah bersikap tenang, tidak panik. Insya Allah persoalan akan dapat diselesaikan.
Begitulah risiko bisnis , kita mesti mampu bermain tenang dalam persaingan yang sedemikian tajam. Mundur selangkah untuk maju beberapa langkah adalah sebuah kearifan.

c. Saat angin pelan, maka layang-layang mesti di tarik dan bukannya mengulur benang. ketika usaha sepertinya TANPA persoalan, maka saat itulah perlu evaluasi . Dalam mengendalikan risiko juga demikian, kita perlu mengambil sikap tegas saat ada aset (baca SDM) perusahaan yang sepertinya "terlena" dengan kondisi tenang. Jangan mengulur-ulur waktu, lakukan tindakan segera. Kalau tidak peluang terjadinya hal yang merugikan tersebut akan semakin besar (probability)


3. Terkait dengan wujud fisik bangunan Rumah Gadang. Rumah Bagonjong dengan bentuk yang tidak umum, tetapi seperti mengecil kebawah. Tetapi disitulah kearifannya. Dengan kondisi alam yang rawan gempa, maka dengan bentuk bangun seperti itu dan seolah mengantung diatas batu landasan, maka ketika terjadi gempa , maka Rumah Gadang akan mengayun mengikuti gempa, tanpa mengalami kerusakan nantinya. Karena pasak-pasak yang ada pada Rumah Gadang tidaklah dipaku, tetapi dengan kayu yang didesain sedemikian rupa sehingga mampu meredam gempa.
Termasuk untuk peril angin, dimana dindingnya yang melebar bagian atas akan menahan dan mengalirkannya kebawah (lewat bentuk yang solah-olah mengecil ke bawah tersebut)
Keunikan rumah gadang tersebut menunjukkan Minangkabau sangat aware terhadap risiko.



Wallahu'alaam bisshawab.

Jumat, 08 Maret 2013

Learn From The Experts Series (2)

Sebagai lanjutan dari seri belajar dari para ahli, maka saya kutip kembali apa yang ada pada kontan online , selamat membaca, semoga bermanfaat ---

Risiko di hotel lebih kecil daripada properti lain

Risiko di hotel lebih kecil daripada properti lain  Berangkat dari perusahaan properti lokal asal Semarang, Dafam Group mulai menjelma menjadi entitas bisnis multibidang berkelas nasional. Billy Dahlan, CEO Dafam, terus mengayunkan langkah-langkah ekspansi. Berikut penuturan pria berusia 28 tahun tersebut mengenai strategi dan rencana bisnisnya, kepada wartawan Mingguan KONTAN, Tri Sulistiowati dan Edy Can, di Jakarta, Rabu (20/2) lalu.
Setelah lulus kuliah tahun 2006 di Inggris, saya memutuskan pulang ke Pekalongan, Jawa Tengah, untuk membantu orangtua berbisnis sarang burung walet. Dari situ, saya belajar dasar-dasar bisnis selama enam bulan.
Namun, sebenarnya mimpi saya adalah mempunyai gedung tinggi. Saya menyukai desain dan arsitektur, dan suka membaca buku desain. Nah, ketika itu Dafam belum berbisnis properti.
Tahun 2009, saya bertemu dengan Andhy Irawan (Managing Director Dafam saat ini), yang bekerja di Hotel Santika. Kami banyak mengobrol soal manajemen perhotelan dan finansial. Dari percakapan itulah muncul rencana membangun bisnis hotel.  
Saya membuka hotel pertama di Semarang, Jawa Tengah. Awalnya, gedung itu adalah mal yang sudah bangkrut, kemudian saya ambil alih untuk direnovasi menjadi hotel.
Sekitar setahun kemudian, saya membuka hotel yang kedua. Dari dua hotel ini, saya bermimpi menambah hotel lebih banyak lagi. Demi mewujudkan impian itu, saya menarik Andhy, yang semula sebatas sebagai konsultan, untuk membantu mengembangkan usaha Dafam ke sektor properti. Maklum, mulanya Dafam adalah perusahaan umum.
Setelah itu, jaringan hotel Dafam terus bertambah di beberapa kota di daerah Jawa, seperti Cilacap, Pekalongan, Semarang, Bandung, dan Yogyakarta. Memang, kebanyakan hotel itu merupakan bangunan atau hotel lama yang kemudian  kami renovasi. Pertimbangannya, lokasi bangunan tersebut strategis.
Merenovasi bangunan yang sudah jadi terkadang biayanya jauh lebih besar, namun jika lokasinya bagus, ya kami mengambil bangunan tersebut.
Saat hotel benar-benar sudah diambil alih, langkah pertama yang dilakukan adalah review dan pendataan. Lantas, kami membandingkan hasilnya dengan data pada database perusahaan itu. Bila, menemukan hal yang tak sesuai dengan database kami, maka kami akan melakukan penggantian.
Hingga kini kami mengoperasikan sembilan hotel dan masih ada 30 hotel lagi yang sedang dalam proses. Harapannya, semua hotel sudah bisa beroperasi pada akhir tahun ini.
Salah satu target kami adalah membangun sebuah hotel di Jakarta. Sayang, hingga saat ini target itu belum tercapai karena kami belum menemukan lahan yang cocok.
Saya memilih bisnis properti perhotelan karena menganggap risikonya lebih kecil ketimbang sektor properti lain. Dari sisi likuiditas, selalu ada uang yang masuk dalam bisnis ini karena setiap hari ada yang menyewa kamar. Sementara untuk bisnis properti lain, seperti perumahan dan apartemen, dana bisa mengendap lantaran tidak ada unit yang terjual atau disewa.
Saat memulai bisnis hotel, saya meminjam dana dari bank sebesar Rp 40 miliar. Setahun kemudian saya sudah bisa mengembalikan pinjaman itu dan kembali mengajukan tambahan kredit Rp 10 miliar.
Ketika memulai bisnis itu, banyak orang yang meragukan karena umur saya masih 25 tahun dan sejarah keluarga saya yang tidak pernah mengajukan kredit kepada bank. Tapi, saya tidak pernah pedulikan itu, karena punya niat dan ingin membuktikan keberhasilan.
Bukan sekadar manajemen hotel
Setelah berhasil membuka hotel pertama sampai keempat, perusahaan memutuskan untuk memperluas bisnis jadi operator. Langkah ini muncul karena permintaan relasi untuk mengoperasikan hotel mereka.
Maka, saya membentuk satu tim korporat yang bertugas mengelola dan menawarkan jasa pengelolaan hotel. Satu tim berjumlah sekitar 20 hingga 30 orang, yang mengurusi lima hotel sehingga bisa memperhatikan semua hotel yang dikelola.
Dengan jumlah itu, saya berharap semua hotel yang dikelola Dafam bisa diperhatikan secara baik. Bila ada masalah di salah satu unit, bisa diselesaikan dalam waktu 24 jam.
Sebagai pemain baru pengelola hotel, Dafam memberikan benefit lain sehingga bukan sekadar mengurusi manajemen hotel. Kami memberikan layanan tambahan seperti bantuan dana pembangunan gedung saat masa konstruksi.
Selama ini, ada beberapa pemilik hotel yang kekurangan dana di tengah-tengah masa konstruksi. Kalau memang tidak dari Dafam, kami juga membantu memberikan akses pemilik hotel ke perbankan.
Dafam juga membuka layanan konsultasi selama masa konstruksi. Konsultasi ini diberikan supaya pemilik hotel bisa memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih terjangkau. Prinsipnya, kami membantu pemilik hotel sejak awal masa konstruksi.
Kami tidak menyimpan rahasia apa pun. Apa yang ada, kami kasih semuanya kepada investor.
Tak cuma itu, kami menawarkan bantuan pengurusan izin, merencanakan harga, proses pembiayaan, tender dan feasibility study-nya. Kami juga rutin menyelenggarakan pelatihan karyawan untuk meningkatkan pelayanan hotel. Inilah yang membedakan Dafam dengan operator hotel lain.
Setelah hotel berdiri, kami ikut aktif memasarkan hotel, termasuk mengenalkan brand Dafam ke masyarakat luas. Selama ini, brand Dafam memang belum terlalu dikenal. Dafam itu berasal dari singkatan Dahlan Family. Dahlan merupakan nama keluarga saya. Awalnya, saya sempat ingin memakai nama barat. Namun tidak jadi, karena saya berpikir brand itu awalnya memang terdengar asing. Jadi, tidak apa-apa.
Untuk mengenalkan brand Dafam, saya sudah bekerja sama dengan Bank Bukopin melalui pembuatan kartu keanggotaan (business card). Dengan kartu ini, pelanggan bisa menikmati diskon dan fasilitas tambahan di seluruh jaringan hotel Dafam. Manfaat bagi kami, pada kartu itu tercetak logo Dafam Group.
Untuk memperluas jangkauan pemasaran, kami akan membuka kantor di Jakarta karena potensi investornya besar. Kami sedang merenovasi kantor di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, yang akan menjadi pusat pemasaran proyek Dafam di kawasan Indonesia bagian barat. Sedangkan kantor di Semarang akan menjadi kantor pemasaran bagi proyek-proyek di Indonesia bagian timur.
Dalam dua tahun mendatang, saya berharap kantor pusat Dafam di Semarang bisa pindah ke Jakarta. Sebab, ada orang yang bilang, perusahaan belum berskala nasional bila belum berkantor di Jakarta. Tapi, yang lebih utama, karena potensi bisnis di Jakarta lebih besar ketimbang di daerah.
Dalam jangka panjang, saya berencana membawa Dafam untuk merambah bisnis lain, tapi masih berkaitan dengan tanah seperti pertanian dan pertambangan. Wilayah Indonesia sangat luas dan belum tergarap semua. Setelah itu, mungkin Dafam masuk ke sektor consumer market.
Rencana-rencana itu baru akan terwujud dalam waktu lama karena membutuhkan modal besar. Saat ini, modal itu belum cukup karena likuiditas bisnis hotel adalah jangka panjang. Itu kesalahan saya. Karena itu, mulai tahun lalu, kami menyeimbangkan likuiditas dengan merambah sektor properti di luar hotel.
Kami menggarap properti perumahan, kondotel dan office tower. Total ada enam proyek yang kami kerjakan tahun ini, di antaranya di Bali.

Sabtu, 02 Maret 2013

5 Indra Yang Menipu

Manusia telah di karunia berbagai kelebihan oleh Allah SWT dibanding makhluk lainnya di muka bumi. Oleh sebab itu, manusia menjadi khalifatulardh , yang "beban itu tidak sanggup dipikul oleh gunung sekalipun !
Kelebihan manusia adalah berupa pikiran dan perasaan, yang dalam proses kerjanya didukung oleh lima panca indra , dan anggota tubuh yang lain. Penglihatan (melalui mata) , pendengaran (telinga) , penciuman (hidung) , peraba (kulit) , dan perasa (lidah) , adalah ke-lima panca indra tersebut.

Tetapi, tahukah anda kalau indra kita tersebut bisa menipu ?

Mungkin sudah banyak bahasan mengenai hal ini, saya sekedar memberikan contoh kecil saja ;
1. Ketika sebuah tongkat kayu lurus dimasukkan ke dalam air, maka mata kita "seakan" melihat bahwa tongkat kayu tersebut bengkok. Padahal tidak.
2. Ketika kita melihat kilat di langit yang mau hujan dan kemudian beberapa saat kemudian kita mendengar suara petir , maka kita "yakin" bahwa petir itu datangnya adalah setelah kilat. Padahal keduanya bersamaan.
3. Ketika kita sakit, makanan dari gula aren terasa pahit. Padahal manis.
4. Ketika kita sedang bersemangatnya beraktivitas, maka kita tidak merasakan bahwa ada benda tajam kecil yang telah melukai kita. Padahal darah telah menetes.
5. Ketika sesuatu benda yang kurang wangi disemprotkan parfum, maka hidung kita "lupa" akan aroma itu sebenarnya.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah, panca indra kita terkadang MENIPU. Banyak faktor yang menyebabkan panca indra tersebut TIDAK BERFUNGSI sesuai fungsi yang seharusnya. Sudut pandang, faktor lingkungan, kondisi kesehatan, dan faktor lainnya telah membuat 5 indra yang harusnya memberikan informasi yang tepat, akhirnya menginformasikan sebaliknya.
Hanya kemampuan logika berpikir (baca ilmu pengetahuan) dan kepekaan serta perasaan (baca hati nurani) kitalah yang kemudian dapat MENYARING hal-hal yang kurang benar tersebut.

Untuk itu, dalam menjalani hidup ini jangan begitu saja mempercayai apa yang diperoleh oleh panca indra kita.

Jadilah orang-orang yang bukan saja ainul yaqin -- tapi adalah orang-orang yang haqqul yaqin !