Kamis, 10 Januari 2013

Mudik Tak Kembali

Lebaran memang masih lama. Beberapa bulan lagi. Meski pun demikian, penggunaan kata mudik dalam postingan saya kali ini bukan terkait dengan Hari Raya umat muslim tersebut. Hal ini perlu saya sampaikan di awal karena kita telah sangat akrab dengan fenomena MUDIK yang hubungan dengan lebaran.

Mudik, kita pahami sebagai tradisi pulang kampung asal dari daerah rantau (daerah dimana masyarakat yang meninggalkan kampung halamnnya tersebut mencari nafkah/penghidupan). Mudik sebenarnya tidak mesti terjadi saat lebaran, natal, atau saat-saat tertentu saja.
Anytime, mudik dapat terjadi dan dilakukan.

Pembaca yang berbahagia..

Mungkin ada diantara kita yang lupa tentang asal nenek moyang kita. Untuk mengingatkan, saya sampaikan bahwa nenek moyang kita, yaitu Nabi Adam as. , berasal dari sebuah kampung yang bernama akhirat.
Kampung akhirat memiliki persimpangan dua wilayah, yaitu ; SORGA dan NERAKA.
[Ke arah mana persimpangan itu ditempuh akan ditentukan oleh "bawaan" yang dibawa pemudik]
Untuk mencapai kampung akhirat hanya bisa dicapai dengan kendaraan yang bernama MATI/MENINGGAL DUNIA !
Waktu berangkatnya kendaraan kematian: Kapan saja bisa !

Saat ini kita semua, umat manusia, pada hakekatnya adalah MERANTAU . Jika meminjam istilah sosiolog Minang, Bapak Mocthar Naim, kita sedang merantau sepanjang masa (sepanjang masa kehidupan kita di dunia, pen.)
Memang banyak yang mengatakan jika masyarakat Minang adalah masyarakat perantau, tetapi seluruh umat manusia di dunia ini sebenarnya adalah perantau.
Merantau dari kampung halaman.
Meninggalkan kampung akhirat untuk nantinya kembali lagi , MUDIK !

Mudik yang pasti akan dilakukan oleh semua umat manusia, suka atau tidak suka !

Yang membedakan "mudik" pembahasan kita ini dengan mudik yang biasa kita dengar adalah, mudik ini tidak mengenal istilah balik (kembali).
Mudik yang tidak akan memberikan kesempatan perantau yang telah menaiki kendaraan KEMATIAN untuk kembali (kecuali jika Allah SWT berkehendak lain !)
Mudik Tak Kembali.

Setiap perantau (baca : umat manusia) yang mengetahui bahwa mereka PASTI akan kembali (mudik) ke kampung akhirat pada saat yang mungkin saja, besok, tahun depan, atau beberapa jam lagi [dimana tidak seorang pemudik pun mengetahui], logika normal nya akan menyiapkan perbekalan yang akan dibawa ke kampung halaman tersebut.
[jika tidak normal, tentu lain soal]
Bekal dan juga mungkin oleh-oleh tidak akan mungkin dilupakan untuk dibawa.

Karena pulang kampung hanya sekali, tentu tidak ingin mengecewakan !

Mudik Tak Kembali akan kita lalui.
Sebaik-baik bekal untuk "mudik" adalah taqwa.
Mudah-mudahan berdasarkan bawaan (bekal) kita tersebut, akan mengarahkan kita ke wilayah Sorga.
Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar