Sabtu, 03 November 2012

Bad Sector

Computer-users tentu mengetahui istilah bad sector. Biasanya istilah ini muncul di layar saat melakukan proses defrag -- penyusunan files yang ada dalam hard disk komputer. "Bad sector" berarti ada bagian yang rusak sehingga menganggu proses bekerjanya komputer.

Istilah yang jarang-jarang kita pakai ini, saat acara Seminar Nasional Manajemen Bisnis di Indonesia (SNMBI) Program Studi Manajemen FE UNP, kembali diperdengarkan oleh Bapak T.Hani Handoko. Walau hanya sekali dan dalam guyonan, istilah ini menurut saya perlu kita maknai lebih dalam dalam konteks pendidikan (sebagaimana "ngenyeknya T. Hani Handoko atas dosen/pengajar yang "blank" saat di depan kelas)

Pembaca yang berbahagia..

Berdiri di depan kelas menyampaikan sebuah materi terutama oleh guru/dosen/pemateri merupakan "rutinitas" yang mesti dilakukan. Tetapi bukan hanya oleh guru/dosen/pemateri, menyampaikan sebuah "pesan/informasi/materi" di depan banyak orang, juga bisa terjadi terhadap mahasiswa/pelajar (bahkan jika ada yang selama belajar TIDAK PERNAH mencoba di depan kelas, dipertanyakan "proses" yang dijalaninya).

"Blank" atau dalam istilah T.Hani Handoko, bad sector, merupakan perwujudan bahwa MANUSIA MERUPAKAN MAKHLUK LEMAH yang suatu saat bisa menjadi tidak tahu apa-apa. Tentunya ini bukan merupakan pembenaran atas kejadian bad sector yang terjadi, karena kita bisa melakukan beberapa cara agar bad sector tidak dialami. Diantaranya adalah :

1. Mempersiapkan diri secara maksimal atas materi yang ingin disampaikan.
2. Membaca kembali semua materi sebelum disampaikan.
3. Berdo'a terlebih dahulu. Bagi umat Muslim dapat mencontoh do'a Nabi Musa yang ada dalam Al-Qur'an

 قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي
 Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ 
[Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)

3. Memiliki catatan kecil (yang dapat berupa kartu) untuk berbagai istilah/hal yang mungkin akan ditanyakan oleh audiens atau perlu kita "lihat sekilas" untuk meyakinkan penjelasan yang kita sampaikan.

4. Jika kondisi bad sector terjadi, maka usahakan diri tidak panik, karena kepanikan hanya menambah "hilangnya" bahan yang akan disampaikan. Tenang dan berikan senyum, lalu mencoba untuk melempar ke audiens dengan bertanya "anda tahu yang akan saya sampaikan berikutnya ?...." atau kalimat lain.

5. Jika memang tidak bisa lagi diperbaiki, dan respon audiens juga tidak bisa diharapkan, kejujuran untuk ketidaktahuan anda merupakan langkah yang HARUS disampaikan. "Mohon ma'af saya belum/bisa memberikan jawaban untuk saat ini, tetapi saya janji...(dan seterusnya).>> kemudian mencatat apa yang erhutang tersebut

6. Menepati janji untuk menyampaikan "hutang" yang ada.[pada pertemuan berikutnya]

Mudah-mudahan kondisi bad sector tidak kita alami.
Insya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar