Minggu, 21 Oktober 2012

Dangkun Liman

Legenda yang telah lama "hidup" ditengah-tengah kita sepertinya bakal ditinjau ulang. Malin kundang ternyata memiliki kembaran yang bernama Dangkun Liman. Hal ini terungkap setelah diperolehnya "cerita" dari orang-orang yang mengetahui kisah dari negeri Minangkabau tersebut.

Ceritanya, yang selama ini tidak terungkap, ibu Malin Kundang melahirkan 2 (dua) anak kembar laki-laki, Malin dan Liman. Keduanya sangat akrab dan saling menyayangi. Sampai kemudian mereka berpisah karena Malin Kundang pergi merantau. Dangkun Liman lah yang kemudian merawat ibunya yang sudah hidup sendiri, sembari mencari nafkah di desa (nagari) sebelah. Liman pun memiliki "urang rumah/istri" yang tinggal di desa sebelah tersebut.

Saat kejadian Malin Kundang pulang dari rantau, Liman sedang ada di tempat istrinya. Sampai kemudian saat sang ibu "mengutuk" Malin menjadi batu, Liman pun merasakan hujan dan petir yang lain dari biasanya di desa sebelah. ketika Liman mengunjungi ibunya, dia sangat terkejut mengetahui saudara kembarnya telah berubah menjadi batu.

Para pembaca, disinilah "fakta" yang belum diketahui selama ini ;
1. Dangkun Liman yang mengetahui bagaimana betul saudara kembarnya tidak percaya dengan "cerita" bahwa Malin Kundang telah durhaka dengan tidak mau mengakui ibunya sendiri. Lewat "penyelidikan" yang dia lakukan ke beberapa pihak (seperti anak buah kapal dan orang-orang yang pernah bersama  Malin sebelum kejadian) , maka Dangkun Liman kemudian mendapatkan BUKTI bahwa Malin TIDAK SERIUS mengatakan ibunya sebagai orang yang ia tidak kenal.
Malin Kundang sedang "menghayati" peran aktingnya, sehingga saking menghayati ia lupa untuk secepatnya meralat apa yang ia sampaikan [karena ia tidak menyangka sang ibu langsung pergi begitu saja dan kemudian mengutuknya!]
>>> sebagai pemikiran saja, jika memang Malin Kundang akan tidak mau mengakui sang ibu, lalu buat apa dia PULANG ?!!!

2. Ibu Malin Kundang BETUL-BETUL MENYESAL telah mendo'akan kejelekan untuk anaknya sehingga menjadi batu !

Pembaca yang berbahagia...
Cerita ini semata-mata buah pikir saya saja ! Mungkin bisa dianggap "hoax" atau mengada-ada.
Tetapi cerita legenda Malin Kundang mungkin bisa juga kita anggap mengada-ada.
Lalu apa maksudnya ?!

Sebagai sebuah bentuk "warning" kepada anak-anak agar tidak DURHAKA kepada orangtua (terutama ibu) cerita Malin Kundang telah mampu memberikan "pesan" yang kuat. Mudah-mudahan anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah serta berbakti kepada orangtua dan tidak mendurhakainya BUKAN karena cerita Malin Kundang TETAPI karena Yang Maha Kuasa menyuruh kita demikian [dan bukankah itu memang sudah seharusnya!]

Jika demikian untuk apa pula legenda Malin Kundang dibuat extended versionnya dengan menambahkan saudara kembarnya, Dangkun Liman ?
Beberapa hal yang ingin saya sampaikan adalah :

1. Minangkabau (atau Sumatera Barat secara geografisnya) BUKAN negeri Malin Kundang sebagaimana yang selama ini terkesan kuat di masyarakat. Seolah-olah banyak anak durhaka di negeri ini. Bukankah kesholehan dan kedurhakaan seorang anak tidak hanya terjadi di Minangkabau ?
Stigma negeri Minangkabau sebagai tempat "Malin Kundang anak durhaka" SEBAIKNYA tidak dibesar-besarkan SAMPAI dijiwai.
Betapa banyak anak sholeh yang hidup di Minangkabau yang perlu  juga kita beritakan ?
Buya Hamka, H. Agus Salim, dan lain-lain, adalah tokoh-tokoh yang SEHARUSNYA lebih dikenal daripada legenda Malin Kundang

2. Sebagai orangtua yang memiliki anak, yang HARUS kita lakukan adalah mendo'akan KEBAIKANNYA! Bukan kemudian mengutuknya ! Semoga para orangtua dapat menahan diri untuk berdo'a yang tidak-tidak, karena malaikat mendengar dan bisa jadi akan terkabul ! Don't play with your pray !

3. Seorang saudara (atau keluarga) adalah pihak yang HARUS memberikan klarifikasiian  atas sebuah kejadian yang menyangkut saudaranya (seperti Liman ke Malin). Kebenaran jangan sampai didiamkan untuk kemaslahatan bersama dan untuk menghindari fitnah !

4. Perlunya kita memiliki filter atas cerita/legenda/informasi yang kita peroleh dan kemudian menggunakannya secara arif. Sembari kita tetap membuka diri atas hal-hal kreatif dan pemikiran lain.

Semoga Bermanfaat !
Wallahu'alambisshawab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar