Rabu, 10 Oktober 2012

Pitih Sarik *

[bagian pertama dari 2 bagian]

Perjalanan sejauh 50 kilometer one-way rute Guguak, Kayutanam - UNP, Padang selama lebih kurang 75 menit - 90 menit (atau 100 km , 2 jam-3 jam, jika pp) dengan menggunakan moda transportasi umum bis/"travel" memberikan kesempatan untuk mengenal "teman-teman seperjalanan". Dari obrolan yang dilakukan untuk mengisi waktu tersebut, maka saya akan coba share beberapa "kisah" kepada para pembaca semua.

1. Seorang pedagang di Pasar Lubuk Buaya, bercerita tentang suka duka tentang bagaimana "pahitnya" pekerjaan seorang pedagang di pasar tradisional. begitu banyaknya biaya yang yang harus dikeluarkan saat mau membuka "lapak" (biaya pertahun langsung dibayar dimuka) , saat berdagang (uang keamanan lah, uang payung lah, uang kebersihanlah, dan lain-lain), atau biaya untuk membawa dagangan (uang angkut, transportasi). Terkadang keamanan dagangan yang disimpan di pasar , tidak juga ada jaminan. Pembeli yang terkadang menawar "keterlaluan" dan sebagainya.

2. Seorang mantan sopir yang ingin menuju Padang Panjang, mengatakan bahwa ia "terpaksa" dirumahkan karena kondisi perusahaan yang tidak sehat. Pengalaman selama beberapa tahun, ternyata membuatnya untuk stay at home, karena persaingan bisnis yang menjadikan perusahaannya "kurang beruntung".

3. Sopir travel (beberapa orang) , yang mengeluh "sewa" yang sedikit. Padahal untuk mencapai BEP (break even point / pulang pokok) minimal harus membawa 4 orang penumpang. Tetapi kadang sampai saya turun HANYA berisi 2-3 orang.

4. Ibu-ibu PNS yang waktu itu ke Padang untuk "mengurus sesuatu" , mengatakan bahwa barang-barang yang semakin mahal , terkadang membuat penghasilan yang diterima tidak lagi mencukupi, karena banyaknya pengeluaran.

Ada beberapa lagi, yang secara substansinya sama, bahwa perekonomian mereka (paling tidak!) berada pada saat-saat sulit. Belum ada perbaikan yang mereka rasakan. Mencari uang (baca : penghidupan) susah !
Tentu topik pembicaran bukan itu-itu saja, tetapi "tanpa sadar" muaranya kembali ke masalah ekonomi.
Penumpang lain, ada juga yang secara ekonomi cukup "mapan" tetapi juga ikut ber-empati dan sepakat untuk mengatakan bahwa sekarang zaman memang sulit .

Apakah mereka orang-orang yang hanya pandai mengeluh ?
Hilangkan pikiran itu dari benak pembaca. Walaupun manusia memang fitrahnya berkeluh kesah, tapi keluh kesah mereka TIDAK membuat mereka putus asa.

Orang-orang yang saya sebutkan diatas TETAP dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Tetap memiliki visi untuk membawa keluarga mereka sejahtera. Meskipun sadar, PERJUANGAN butuh kesabaran.

Lalu apa moral dari sharing saya kali ini ?
Saya hanya ingin berbagi kepada para pembaca tentang kondisi real yang kita hadapi dalam urusan perekonomian. Betapa sulitnya "bisnis" itu bagi sebagian saudara-saudara kita. Betapa kehidupan ekonomi yang mereka jalani membuat kita kadang tidak percaya, bahwa itu ada dan terjadi di negeri tercinta kita.
Indonesia, negeri yang kaya sumber alam, dan terkenal dulunya dengan keramahtamahannya.
Ekonomi sulit , bukan karena mereka tidak mau berusaha, tetapi SISTEM yang membuat mereka menjadi seakan tidak berdaya.

Pertanyaan berikutnya, apa yang bisa kita lakukan ?
Bagi kita yang lebih beruntung , rasa syukur kita kita wujudkan dengan empati terhadap kondisi , paling tidak, dalam bentuk yang sekecil-kecilnya, tidak terlalu mempermasalahkan "dagangan" mereka yang sedikit kemahalan, atau "ongkos" kita yang sedikit berlebih. Niatkan saja untuk membantu mereka !

Berikutnya, tentu kita berniat dan berusaha keras untuk berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat.
Ide dan pikiran paling tidak tentu bisa kita berikan, selain tenaga/fisik jika memang dibutuhkan.
Selanjutnya kita juga bisa mensupport kerja pemerintah yang bersih dan MENGAWASI serta MEMBERI MASUKAN YANG MEMBANGUN terhadap pekerjaan pemerintah. Bahkan jika ada PELANGGARAN , ada sarana yang bisa kita lalui untuk menyampaikan hal tersebut agar ada upaya PEMBENAHAN dan PERBAIKAN.

Jika kita berpikir ini bukan urusan kita, maka kita pertanyakan nurani kita?
Jika kita berpikir "apa iya saya bisa berkontribusi menyelesaikan masalah ini?" , yakinlah, Insya Allah kita bisa !
Jika kita berpikir, "itu kan urusan negara!", maka negara tidak akan mampu sendirian tanpa peran warga negaranya.
Jika kita berpikir, "apa untungnya bagi saya?" , maka dengan niat yang benar, Insya Allah ini akan menjadi ladang amal bagi anda !

....... to be continued

*/ istilah dalam bahasa Minang yang artinya uang susah [mencari uang susah, pen.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar