Rabu, 19 September 2012

Bendi

[untuk yang baru dilantik menjadi pengurus dan anggota sebuah organisasi]

Alat transportasi tradisional yang biasanya beroda dua, berupa kereta (carriage) yang ditarik oleh seekor kuda, merupakan moda transportasi yang sampai saat ini masih dijumpai. Telah ada sejak zaman pemerintahan Belanda, nama kendaraan seperti ini , dikenal secara umum dengan nama delman -- sehingga ada lagu naik delman istimewa ku duduk dimuka-- (diambil dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman.

Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, dikenal dengan nama sado  (dari kata dos-à-dos (punggung pada punggung, arti harfiah bahasa Perancis, yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi). Atau nama dokar , yang diyakini dari bahasa Inggris,   dog car dimana ada yang mengartikan sebagai kendaraan yang ditarik oleh anjing (atau binatang). Di Yogyakarta, ada istilah andong , dan masih banyak lagi  istilah lain untuk kendaraan seperti ini yang dikenal di negara Indonesia.Dimana perbedaannya biasanya terlihat pada jenis roda dan jumlah rodanya.

Untuk di daerah Sumatera Barat (dan juga beberapa daerah di Sulawesi), istilah bendi menjadi nama untuk kendaraan yang biasa digunakan untuk membawa penumpang ini. Meskipun semakin berkurang jumlahnya, karena makin menjamurnya ojek dan moda transportasi lain, namun bendi merupakan kendaraan yang mampu membawa nostalgia dan pengalaman yang mengesankan.

Postingan saya berikut, bukan membahas dari sisi transportasi atau sejarah, tetapi ke sebuah filosofi Minangkabau yang mungkin pernah pembaca baca atau ketahui, berkaitan dengan alat transportasi tersebut. Yaitu kalimat :

kusia buto (kusir buta)
kudo buto (kuda buta)
panumpang pun buto  (penumpang juga buta)

Bendi yang biasa membawa penumpang dikemudikan oleh seorang kusir, yang apa jadinya jalan bendi tersebut, jika yang mengemudikan buta, sang kuda juga buta, para penumpang didalamnya juga buta.
kalau salah satunya tidak buta, mungkin masih ada harapan untuk selamat. Tetapi jika semuanya "buta" ?
Wallahu'alam bisshawab

Itulah sebuah gambaran berjalannya sebuah institusi tak tentu arah.

Mari kita bahas , sebagai bahan masukan dalam pengelolaan sebuah organisasi, yang diharapkan mampu bersaing di masa yang akan datang dan berkontribusi positif maksimal terhadap lingkungannya.

Bendi merupakan pemisalan organisasi tersebut.
Kusir merupakan pemimpin yang diamanahkan memimpin para anggota di organisasi tersebut.
Kuda merupakan "sistem" yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
Penumpang merupakan orang-orang dalam  organisasi tersebut.

Organisasi yang baik dan akan sukses adalah organisasi (lembaga/institusi) yang HARUS memiliki ketiga komponen tersebut dalam kondisi tidak buta.

Pemimpin paham dan memiliki visi yang jelas.
Sistem yang ada dalam organisasi itu tertata dengan baik, dan memiliki auto-immune yang mampu menangkal pengaruh negatif dari luar.
Anggota organisasi yang juga paham dan mendukung visi yang ingin dicapai dan mau berkontribusi .

>>Jika pemimpin oke, sistem oke, tetapi para anggota "buta". Tidak mau tahu, cuek, dan tidak berkontribusi, tentu organisasi akan lamban bergerak. Seorang pemimpin tidak mungkin bekerja sendiri, tanpa dukungan bawahannya.

>>Jika sistem oke, anggota organisasi juga "bersemangat". Tetapi dapat pemimpin yang "melempem". Organisasi juga tidak akan berjalan baik.Dengan "power" yang ia miliki, seorang pemimpin bisa jadi menyalahgunakan kekuasaannya dan membawa organisasi ke arah yang salah.

>>Pemimpin oke, anggota oke, tapi tidak didukung sistem, maka hasilnya juga tidak akan maksimal. Walaupun ada yang mentakan , yang penting "the man behind the gun"nya , tetapi dalam persaingan, sebuah sistem yang baik, mutlak diperlukan.

Sistem dalam hal ini bisa berupa aturan yang jelas, fasilitas teknologi informasi, dan lainnya.

Lalu bagaimana agar "bendi" ini dapat memiliki "kusir" yang oke, "kuda" yang oke, dan "penumpang" yang oke juga ??
Tentu ini bukan sesuatu yang semudah membalik telapak tangan. Banyak hal yang harus disiapkan, selain berbagai pra-kondisi yang harus terpenuhi. Tetapi dengan memahami bahwa gerak sebuah organisasi merupakan SINERGI antara ketiga faktor tersebut, maka Insya Allah organisasi akan sukses dan berhasil.

Semoga bermanfaat !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar