Senin, 10 September 2012

Kasak Kusuk Perusahaan Kasut

Ini cerita yang mungkin bisa dianggap fiksi semata. Tetapi cerita seperti ini, rasanya juga mungkin terjadi di dunia nyata.
Sebelum dilanjutkan, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kasut berarti : alas kaki, seperti sepatu atau selop.

Cerita ini kita mulai ketika sebuah perusahaan kasut (kita sebut saja dengan PT.Kasut) ingin menyusun rencana keuangan (baca : budget) untuk tahun mendatang. PT. Kasut lantas menyusun team yang terdiri dari orang-orang yang dianggap kompeten dalam membuat perencanaan. Ketika team yang terbentuk tersebut berdiskusi, mereka kemudian memperoleh informasi dari manajemen puncak perusahaan untuk mencoba menggali lebih dalam tentang potensi sebuah daerah (wilayah X) yang selama ini memang belum mereka garap,
"Coba kalian diskusikan tentang daerah X. Apakah untuk anggaran tahun depan, kita akan masukkan daerah tersebut !" demikian amanat yang disampaikan manajemen kepada team
"Biar fair, tuan Fredi  sebaiknya mengunjungi daerah tersebut "demikian lanjut Presiden Direktur PT. Kasut, sambil meminta salah seorang anggota team mengunjungi daerah itu .
Sebagai catatan bagi kita, daerah X bukanlah daerah "aneh" , terkebelakang, dan lainnya. Bisa dikatakan sama, dengan beberapa bagian yang tidak biasa, pada saat team akan berkunjung

Berangkatlah tuan Fredi untuk beberapa hari. Setelah kembali, maka dalam laporannya tuan Fredi menyampaikan :
"Dari hasil kunjungan saya, maka daerah X tidak perlu kita masukkan sebagai salah satu target pasar kita tahun depan. Tidak usah menjadi bagian dari rencana yang kita masukkan dalam anggaran yang disusun. Hal ini karena TIDAK ADA YANG MEMAKAI ALAS KAKI di daerah tersebut".

Berkaitan dengan laporan tersebut, Presdir PT.Kasut kemudian meminta tuan Tony , salah satu anggota team yang lain untuk mengunjungi daerah X dalam rangka mendapatkan second opinion.

Begitu kembali, dalam laporannya tuan Tony menyampaikan , "Kita jangan menunda lagi untuk menjadikan daerah X sebagai salah satu target pasar kita. Masukkan daerah tersebut sebagai bagian dari rencana tahun depan, dan dalam anggaran tahun ke depan juga kita masukkan, karena BELUM ADA YANG MEMAKAI ALAS KAKI di daerah itu"!

Pembaca yang berbahagia, terutama mahasiswa yang kuliah budget..

Begitu bertolak belakang. Tuan Fredi adalah tipe risk avoider, tidak mau mengambil risiko. Mau bermain aman. Sehingga dalam anggaran PT.Kasut, jika banyak yang seperti Fredi, maka anggaran (penjualan) akan cenderung pesimis (agak lebih rendah, karena tidak mau memasukkan daerah X sebagai target pasar). bayangkan jika banyak daerah lain seperti daerah X, dan banyak anggota team penyusun budget yang karakter nya sama dengan tuan Fredi.

Lain halnya Tony, orang-orang seperti dia merupakan tipe risk-taker , mau mengambil risiko (dengan catatan : bukan nekat, tapi tentunya risiko tersebut sudah diperhitungkan/calculated-risk). Jika banyak anggota team penyusun budget seperti Tony, dan banyak juga daerah lain seperti daerah X, maka budget/anggaran (penjualan) PT. Kasut akan lebih optimis (lebih tinggi -- jika dibandingkan kasus Fredi).

Tuan Tony yakin, dengan edukasi dan sosialisasi serta langkah-langkah promosi lainnnya, kebiasaan masyarakat daerah X yang belum memakai alas kaki akan dapat diubah menjadi mau memakai alas kaki. Bukankah manfaat dan kegunaan alas kaki itu banyak ?
Jika tidak bertentangan dengan adat/keyakinan tertentu, rasanya semua orang membutuhkan alas kaki.

Dengan demikian, apakah orang seperti Fredi tidak layak menjadi anggota team penyusun budget ? Jangan terburu-buru. Bukan juga berarti semua anggota team penyusun budget harus seperti Tony.
Kombinasi antara keduanya adalah pilihan yang tepat. dengan tetap memperhatikan jumlah yang pas untuk masing-masing karakter yang diwakili oleh Fredi dan Tony.

So..
Dalam kasus PT.Kasut, saya bisa menyampaikan bahwa orang seperti Tony adalah anggota team penyusun budget yang memberikan pendapat yang bisa ditindaklanjuti. ARTINYA memasukkan daerah X sebagai target pasar, dan menjadikan anggaran perusahaan lebih optimis.

Anggap saja jika skenario terburuk terjadi, artinya TIDAK TERJADI PENJUALAN !
Masuknya PT.Kasut ke daerah X sebagai PIONIR dalam urusan alas kaki, akan menjadi investasi yang akan berdampak besar di kemudian hari.

Ingatkan anda tentang merek-merek yang begitu lekat dengan mind / pikiran konsumen (disebut GENERIC BRAND). Seperti aqua, honda, pepsodent, dan lainnya ?
Pernahkah anda mendengar seseorang yang bertanya ; "hondanya merek apa ?" karena honda telah dianggap mewakili sepeda motor ? Padahal Honda adalah merek/brand.

Atau saat anda mau membeli air mineral, dan kemudian bertanya ke penjual di warung ; "aqua nya ada ?(dengan tujuan anda memang ingin minum aqua- produksi Danone Aqua, walaupun dalam bahasa latin aqua=air). Lantas si penjual memberikan anda air mineral merek lain tanpa merasa tidak ada yang aneh dengan itu !

Kasus pepsodent sebagai pasta gigi juga demikian, banyak orang yang kemudian memberikan merek lain dengan menganggap pepsodent itu adalah kata untuk pasta gigi/odol.

Tanpa bermaksud mempromosikan merek-merek tersebut ! Saya mengingatkan kita tentang kekuatan investasi sebagai pionir yang bisa menyebabkan merek kita langgeng diingat konsumen dan potensi mendulang keuntungan dalam penjualan.
Kembali ke kasut PT.Kasut, maka alasan yang disampaikan diatas tentu membuat pembaca paham kaitannya dalam penyusunan anggaran.

Mudah-mudahan kasus kasak kusuk PT.Kasut tidak membuat kusut !

Salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar