Rabu, 12 September 2012

Tragedi Nian

Inspirasi cerita berikut saya peroleh beberapa waktu lalu saat teringat akan sebuah kartun/komik berbahasa mandarin (yang saya sebenarnya tidak paham bahasanya) yang pernah saya lihat beberapa tahun yang lalu. Karena bergambar, maka isi ceritanya saya tidak tahu persis. Saya mengira-ngira saja maksudnya.
Dengan melakukan perombakan, mungkin secara konteks maupun substansi, maka saya berharap share saya pada postingan kali ini bermanfaat untuk kita semua.

Ceritanya bermula ketika seorang perempuan muda, sebut saja Nian (nama samaran, dan mohon ma'af jika ada yang bernama sama), berjalan keluar dari kediamannya di lantai 10 menuju lift yang ada di bangunan rumah susun yang ia huni. Dengan niat yang sudah bulat, sebulat bulan purnama yang menyinari waktu  itu, Nian menuju bagian paling atas dari bangunan tersebut.

Sesampai di puncak, maka Nian kemudian melangkahkan kaki menuju  pinggir bangunan berlantai 12 itu.Tanpa keraguan, ia melompat. Terjun tanpa alat pengaman. Bunuh diri !

------------------ di dalam proses "free fall'--------
Nian melihat tetangganya, A (sebut saja demikian) yang tinggal di lantai 12 dengan keluarga kecilnya. A hidup berkecukupan dan bahagia.
Di lantai 11, Nian menyaksikan keluarga B, yang pada waktu malam menjelang dinihari itu masih terbangun. B sedang tersenyum bersama keluarganya, sebuah keluarga bahagia yang tidak kekurangan materi.

Saat Nian menyaksikan tempat tinggalnya di lantai 10, yang telah ia padamkan lampunya, Nian tidak merasa menyesal dengan keputusannya bunuh diri, karena ia merasa Tuhan tidak adil. Memberikan kebahgian dan kesuksesan kepada A dan B, sementara kepada dirinya tidak !

Ketika Nian sampai di lantai 9, ia melihat tetangganya C, sedang termenung sementara di atas meja, dompetnya kosong tidak berisi. Nian merasa si C bersedih hati karena tidak ada uang.


Di lantai 8, disaksikannya keluarga D lagi bertengkar, pasangan suami istri D sepertinya memiliki persoalan yang begitu hebat, sehingga keduanya bersitegang urat leher.

Sesaat Nian merasa, ternyata ada yang mempunyai persoalan dalam kehidupan mereka juga. Tetapi Nian cepat-cepat mengatakan kepada dirinya , bahwa "persoalannya lebih berat dari kedua tetangganya tadi" !

Pada lantai 6, Nian melihat E masih terisak menangis . Nian mengetahui tadi sore bahwa E sedih karena harus lebih lama menyelesaikan sekolahnya lantaran gagal pada semester ini.

Saat mencapai lantai 5, Nian menyaksikan F, tetangganya yang cacat, sedang asyik bermain ditemani adiknya tanpa merasa bahwa kelumpuhan yang dideritanya akan menghalangi keceriaannya.

Di lantai 4, Nian melihat G, tetangganya yang berwajah tidak menarik sedang bersenandung. Paras G yang sangat biasa-biasa saja, malah mungkin tergolong jelek, tidak membuat perempuan itu sedih dan kecil hati.

Kembali dalam pikirannya berkelebat "kebenaran" , bahwa banyak orang yang bernasib tidak beruntung didunia ini.Malah mungkin lebih tidak beruntung dibanding dirinya. Namun, Nian cepat-cepat menghilangkan "penyesalannya".

Tetapi ketika dilantai 3, Nian melihat H bersama keluarga yang serba kekurangan (ia mengetahui persis karena sudah menjadi bahan pembicaraan di rumah susun itu) sedang beribadah bersama, berdo'a ditengah permasalahan mereka, tanpa merasa pesimis akan masa depan keluarga tersebut, maka saat mencapai lantai 2 Nian SADAR se SADAR-SADARnya bahwa keputusannya keliru.

Dilantai 1 ia mencoba mencari pegangan untuk menyelamatkan diri, namun sudah terlambat.
Akhirnya Nian "mendarat" di halaman rumah susun itu dengan kepala pecah dan bagian tubuh lainnya patah. Nyawanya hilang bersamaan dengan penyesalannya yang mendalam !
------------------"dead"---------

Pembaca yang berbahagia..
Semoga anda tidak bosan dengan gaya bertutur saya seperti ini. Cerita ini sengaja tidak diringkas begitu saja untuk mengetahui "ending"nya, agar kita semua memperoleh gambaran "lengkap" tentang cerita Nian. Abaikan tentang pengaruh gravitasi yang harusnya membuat tokoh kita meluncur cepat kebawah. Anggap saja jatuhnya Nian terjadi secara "slo-mo" sehingga ia bisa menyaksikan dan berpikir tentang tetangganya A sampai H secara jelas.

Bahwa kita semua memiliki kekurangan, kelemahan, dan kadang ketidakberdayaan dalam menjalani kehidupan ini adalah sebuah keniscayaan.
Tetapi, disaat kita merasa bahwa sepertinya Tuhan tidak adil terhadap kita, karena banyak yang kita lihat berkelebihan, lebih kaya, lebih cantik/ganteng, lebih pintar, lebih bahagia, dan seterusnya, maka itu sebuah kesalahan.

Sebagai makhluk, kita tidaklah sempurna. Namun hendaknya rasa syukur dan sabar tetap menjadi pegangan kita. Masih banyak saudara-saudara kita yang bernasib lebih kurang beruntung dibanding kita. Apakah karena ada kekurangan/kelemahan kita di satu bagian membuat kita MENGABAIKAN kelebihan yang diberikanNya kepada kita ?
Bukankah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa itu dekat ?
Bukankah kita dapat berkomunikasi denganNya lewat ibadah dan do'a kita ?
Lalu bagian mana yang menyebabkan kita tidak yakin akan pertolonganNya ?! 

Tragedi Nian hendaknya hanya ada di cerita ! Jangan sampai kita melakukan dan bernasib sama seperti dia.
Jika kita membaca dan mendapatkan informasi tentang ada yang bunuh diri karena berbagai alasan, itu bukanlah sesuatu yang dapat dibenarkan. Sampai kapan pun !
Berputus asa dari rahmat dan kasih sayangNya merupakan kekeliruan besar !

Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil hikmah dari cerita ini .
Wallahu'alam bisshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar