Minggu, 16 September 2012

Untung Buntung

Tidak terdapat kesalahan penulisan atas judul postingan kali ini. Juga tidak ada maksud untuk mendiskreditkan saudara kita yang "kekurangan". Mungkin pembaca juga pernah mengikuti cerita yang relatif memiliki kesamaan dengan cerita ini. Judul "Untung Buntung" dilatarbelakangi cerita berikut :

Nun di Negeri Sana, terdapat sepasang suami istri yang telah lama menikah, namun belum juga dikarunia keturunan. Setelah berikhtiar semaksimal yang mereka bisa, dan tak lupa untuk memohon pertolongan Yang Maha Kuasa, akhirnya sang istri mengandung.Sembilan lamanya dalam perut sang ibu, akhirnya anak yang dinanti lahir kedunia.Alhamdulillah...

Meskipun tanpa satu lengan, suami istri itu tetap berbahagia. Kumandang azan diperdengarkan ketelinga bayi laki-laki itu.

Seiring waktu, sang anak mulai tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya. Yang membedakan hanyalah, bahwa sang anak tidak memiliki lengan yang sempurna. Lengan kanannya tiada. Buntung ! Dikarenakan belum mengerti, "kekurangan"nya tidak dirasakan sang anak.

Sampai saat beranjak remaja, sang anak mulai menyadari, bahwa dirinya memiliki "kekurangan". Dia protes kepada orangtuanya, "mengapa saya tidak punya lengan kanan?"
Kedua orangtuanya tetap membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa "Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita anakku!"
Demikianlah, sampai sang anak mulai dewasa, "kekurangannya" tetap membuatnya merasa sedih, minder, dan malu untuk bergaul dengan lingkungannya.

Akhirnya, momen yang membuat sang anak berbalik 180 derajat terjadi.  Saat terjadi penyerangan oleh para penjahat kanibal ke Negeri Sana. Kepala rampok memerintahkan anak buahnya untuk menangkapi semua pemuda untuk dijadikan makanan mereka. Para penjahat itu percaya, daging pemuda akan membuat mereka tambah kuat.
Semua ditangkapi, kecuali sang anak yang bertangan buntung ! Karena dalam kepercayaan mereka, jika makan daging dari manusia bertubuh cacat akan membawa petaka.

Setelah para rampok kanibal itu pergi membawa para pemuda yang bertubuh lengkap, orang-orang kemudian berkumpul membicarakan keuntungan sang anak tadi.

Untung Buntung, karena Buntung dia Untung tidak menjadi makanan penjahat kanibal !

Sang anak yang buntung pun meminta ma'af kepada orangtuanya dan bersyukur kepada Tuhan karena terlahir buntung. Semenjak itu dia berjanji untuk tidak lagi mengeluh dan sedih dengan kebuntungannya dan akan selalu mensyukuri anugerah yang telah diberikanNya.

Pembaca yang berbahagia...

Ilustrasi diatas adalah sebuah gambaran fenomena yang banyak terjadi di tengah kita.
Seringkali kita merasa kekurangan, bahkan merasa sangat kekurangan. Kita tenggelam dengan "rasa kekurangan" itu. Sehingga kita merasa bahwa Tuhan telah tidak adil kepada kita dan kita kemudian menjadi lupa mensyukuri nikmatNya yang lain.

Tetapi jika kita kemudian lebih melakukan jujur dalam melakukan KONTEMPLASI , perenungan, maka ternyata kemudian kita akan merasakan bahwa Allah SWT juga memberikan kelebihan yang mungkin lebih banyak kepada kita. Sementara untuk kekurangan kita, kita akan sampai pada keyakinan bahwa ada hikmah dibalik itu , dan kemudian akan baru bisa kita pahami seiring berjalannya waktu.

Kita tidak perlu menjalani kehidupan "buntung" untuk kemudian meyakini bahwa telah terlalu banyak nikmat yang Allah berikan.
Tidak perlu berhadapan dengan penjahat kanibal untuk meyakini bahwa kekurangan yang ada kita ada hikmahnya.

Yang perlu kita sadari dan yakini untuk kemudian kita amalkan adalah :
MEMPERBANYAK SYUKUR, karena SYUKUR akan MENAMBAH NIKMAT ALLAH , dan
TIDAK KUFUR NIKMAT agar TIDAK DIMURKAI ALLAH

Ma'afkan aku jika kurang syukurku
Ampuni aku akan kurang yakinnya aku akan nikmatMU
ya Allah
(maher zain)

wallahu'alam bisshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar