Jumat, 21 September 2012

Ibu Ibu Itu

"Bro, gue ada cerita buat blog lo!" , seorang teman yang sudah lama tinggal di ibukota menyampaikan hal itu dengan antusias saat kami bertemu beberapa waktu lalu
"Cerita apaan?!"
"Pokoknya bagus deh !"
"Apaan ?" penasaran saya menunggu ceritanya

Lalu berceritalah teman, yang kita sebut saja dengan Bob. Cerita tentang pengalamannya dua bulan sebelum kami bertemu pada hari itu.

Bob saat itu sedang berbelanja kebutuhan dapur. Istrinya yang sakit "terpaksa" meminta dirinya yang saat itu lagi cuti kerja untuk membeli kebutuhan rumah tangga mereka di pasar. Saat dipasar, berbekal daftar belanjaan yang diberi sang istri, Bob mulai membeli barang-barang yang tertera pada daftar tersebut. Hingga kemudian ia sampai di sebuah kedai, tempat barang-barang dapur, berupa tomat, sayur, dan sejenisnya.

Setelah selesai memilih sayuran , Bob mencoba menawar sayuran tersebut (walaupun ia tidak yakin, sipenjual akan mau).
"Berapa nih buk ?"
"Tiga ribuan. Biasa !"
"Dua ribuan ya !" iseng saja Bob menyebut angka tersebut. Dia sebenarnya sudah diberitahu sang istri kalau harga sayuran saat ini paling murah tiga ribu. Tidak ada lagi yang dibawah itu. Kalau ada, paling kalau sayurannya sudah layu. Tetapi sayuran ini tidak !
Agak lama si ibu penjual menjawab, tetapi kemudian " Ambillah. Sepertinya Mas memang membutuhkannya!"
Bob kemudian membayar dua ribu dengan perasaan menang.
===
Siangnya, karena sang istri sakit, maka tugas menjemput anak-anak dari sekolah pun menjadi tanggungjawabnya. Maka Bob berangkat ke sekolah Dita, anaknya. Sampai disekolah, bel pulang belum berbunyi. Bob kemudian duduk menunggu di sebuah warung. Dia kemudian leluasa mengawasi para orangtua yang mau menjemput buah hati mereka.
Bob kemudian melihat ibu penjual sayuran di pasar tadi dari kejauhan. Sepertinya si ibu juga menunggu anaknya.
Begitu bel sekolah berbunyi, anak-anak berhamburan keluar dari kelas. Ada yang langsung berjalan pulang, atau mencari transportasi,  dan bagi yang biasa dijemput orangtuanya, langsung mencari para orangtuanya.
Bob sudah bersama Dita. Mereka bersiap pulang.
Bob melihat si ibu penjual sayuran tadi berjalan memegang tangan 2 (dua) orang anak kecil sebaya Dita. Mereka berjalan menjauhi sekolah.
===
Ketika malam hari, Bob memutuskan untuk mencari gorengan untuk dimakan saat ia nanti mengerjakan pekerjaan kantor. Dengan mengendarai motor, Bob pergi menuju tempat para penjual gorengan.
Sesampai disana, lagi-lagi ia menemukan si ibu penjual sayuran di pasar tadi !
Rupanya si ibu juga menjual gorengan pada malam hari. Penasaran dengan semua itu, maka Bob memutuskan membeli gorengan di tempat si ibu.
Sesampai di tempat si ibu, ternyata ibu itu barusan memberikan sebungkus gorengan ke anak jalanan (dilihat dari pakaian mereka)
Anak-anak jalanan itu dengan wajah ceria mengucapkan terimakasih. Tercenung juga Bob, sebelum ia bertanya.
"Bu..jual gorengan juga?"
Kebingungan si ibu mengenali pembeli yang sepertinya sudah familiar dengannya itu. Berusaha mengingat..
"Saya yang tadi pagi membeli sayur di pasar dengan ibu. Yang nawar!" Bob menjelaskan.
"Ooo..iya..iya" akhirnya si ibu ingat
Berhubung sepi, maka Bob kemudian melanjutkan pertanyaannya.
"Boleh saya tanya Bu?"
"Silahkan Mas" dengan sopan si ibu menjawab
"Bapak ada ? Karena tadi pagi di pasar saya lihat ibu sendiri, menjemput anak juga sendiri, sekarang juga demikian. Lagi pula kayaknya ibu gak capek-capek. Kerja terus"
Tersenyum perempuan itu dan kemudian menjawab
"Bapak anak-anak sakit di rumah. Sudah 3 bulan akibat terkena stroke.Anak-anak juga masih pada di SD, jadi makanya saya yang harus melakukannya sendiri.."
Bob tahu si ibu itu lelah, tapi dari semangat dan tutur katanya, sepertinya si ibu tidak ingin orang mengasihani dirinya.

Bob kemudian menanyakan, mengapa di pasar si ibu mau saja mengurangi harga sayuran yang ia beli. Si ibu menjawab "Mas, rezeki itu dari Allah SWT. Begitu Mas menawar sayuran itu, mungkin Mas memang membutuhkan sekali dan kekurangan uang. Jadi saya percaya memang Allah menakdirkan dagangan saya saat itu dihargai dua ribu. Tidak mungkin ada yang nawar kurang kalau orang itu tidak kesulitan sekali!" mantap si ibu menjelaskan.

"Lalu tadi saya lihat ibu juga memberikan gorangan ke anak jalanan?"
"Sedikit saja Mas, mereka kelaparan. Kebetulan setiap ibu jualan mereka kesini minta, mungkin rezeki mereka lewat kami"

Bob semakin terpana, tidak disangkanya orang yang sepertinya "lebih kekurangan " dibanding dirinya ternyata punya konsep hidup yang lebih baik.

"Jadi gitu bro, sejak kejadian itu, gue jadi lebih bisa melihat segala sesuatu hal lebih baik. Insya Allah"
teman saya mengakhiri ceritanya.
 ===
 Pembaca yang berbahagia...

Saya mungkin tidak akan berpanjang-panjang lagi. Cerita diatas memiliki hikmah untuk kita semua. Bagaimana perjuangan seorang ibu merawat suaminya, membesarkan anaknya, menafkahi keluarga, dengan sebuah keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa mengetahui dan akan menolong dirinya. Tiada ketakutan. Tidak ada kekikiran. Semuanya seakan-akan lapang bagi dia.Never Give Up. Never Surrender
Bukan berarti kemudian kita mengatakan tidak ada bapak-bapak yang melakukan hal yang sama !
Banyak bapak-bapak yang saya yakin melakukan pekerjaan dengan ikhlas untuk menafkahi keluarganya. Tetapi ketika seorang ibu-ibu yang melakukan, saya yakin kita lebih mendapatkan sebuah PESAN yang kuat.

Mudah-mudahan kita semakin menyayangi ibu kita, karena Rasul sendiri mengatakan bahwa " orang yang wajib kita santuni adalah ibu, ibu, ibu dan setelah itu baru bapak".
[do'a dan bakti kita tentunya terus kita lakukan, bahkan saat beliau sudah tiada]

Mudah-mudahan kita menjadi lebih bersimpati dan memperhatikan sekeliling kita. Tidak begitu saja main tawar dagangan seseorang. Menjadi lebih peduli kepada anak-anak jalanan yang membutuhkan uluran tangan kita. Mau berbagi ! Seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu itu [demikian Bob menyebut , karena dia tidak mengetahui namanya]

Salam,

note :
terimakasih kepada Bob, mudah-mudahan share ceritanya ini menginspirasi kita semua.Insya Allah
Aamiin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar